Kisah Nabi Ishaq Alaihis Salam, Putra Nabi Ibrahim Alaihis Salam!


Mendengarkan mengenai kisah nabi-nabi sangatlah baik dilakukan jika anda memiliki anak yang masih kecil, hal ini karena banyak sekali pelajaran dan teladan baik yang bisa dicontoh oleh putra-putri anda.  Pembelajaran yang terkandung selalu bisa membawa putra putri anda lebih mendalami mengenai ajaran-ajaran Islam dengan cara seperti mendengarkan sebuah dongeng. Tidak jarang juga orang dewasa banyak yang belum mengetahui mengenai cerita Nabi Ishaq Alaihis Salam karena memang kisah Nabi Ismail Alaihis Salam dan Nabi Ibrahim Alaihis Salam lebih terkenal karena membawa kita pada perayaan Idul Adha. Namun, kisah Nabi Ishaq Alaihis Salam juga patut disimak dan dipelajari karena banyak sekali keteladanan yang bisa didapatkan.

Kali ini kisah yang akan kita bahas adalah mengenai kisah Nabi Ishaq Alaihis Salam dimana akan dibahas mengenai kisah Nabi Ishaq Alaihis Salam lengkap.  Nabi Ishaq merupakan anak kedua dari Nabi Ibrahim Alaihis Salam dimana ia memiliki seorang kakak laki-laki yaitu Nabi Ismail Alaihis Salam meskipun keduanya dilahirkan oleh ibu yang berbeda. Kelahiran Nabi Ishaq tidak disangka-sanga oleh Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan istrinya Sarah yang saat itu sudah berusia lanjut. Pada saat itu Nabi Ibrahim Alaihis Salam sudah menginjak usia 100 tahun dan istrinya Sarah menginjak usia 90 tahun. Sehingga tidak mengherankan bahwa kelahiran Nabi Ishaq Alaihis Salam sangatlah membahagiakan. Nabi Ishaq Alaihis Salam merupakan anak yang sangat sholeh serta menjunjung tinggi akhlakul karimah.

Nabi Ibrahim Alaihis Salam memiliki dua istri yaitu yang pertama bernama Sarah dan yang kedua bernama Hajar. Hajar sudah dikaruniai seorang putra yaitu Nabi Ismail Alaihis Salam, namun Sarah sebagai istri pertama belum juga dikaruniai buah hati. Setelah usia Sarah tidak muda lagi, Allah Ta'ala memberikan kepercayaan seorang putra dan diberi nama Ishaq Alaihis Salam. Diceritakan mengenai bagaimana kisah Nabi Ishaq Alaihis Salam dilahirkan yaitu ayahnya Nabi Ibrahim Alaihis Salam mendapatkan berita dari para malaikat bahwa istri pertamanya Sarah akan segera mempunyai seorang putra. Salah satu tulisan 365 Days with The Quran yang ditulis oleh Saniyasnain Khan mengemukakan bahwa pesan kelahiran Ishaq disampaikan kepada Nabi Ibrahim AS pada saat sedang menempuh perjalanan guna menghancurkan umat Nabi Luth.

Kala itu Nabi Ibrahim dan istrinya tidak henti-hentinya berdoa dan meminta kepada Allah Ta'ala agar diberikan keturunan. Hingga pada suatu hari, datanglah dua orang tamu mencari Nabi Ibrahim Alaihis Salam. Kedua tamu ini disuguhkan hidangan berupa daging sapi, namun pada saat disuguhkan, mereka berdua menolak dan mengatakan bahwa mereka tidak makan dan minum. Kemudian kedua tamu tersebut mengatakan bahwa mereka adalah malaikat dimana membawa kabar bahwa Sarah akan segera hamil dan dikaruniai seorang anak yang telah lama dinanti.

Kisah kelahiran yang begitu indah ini dituliskan dalam Al-Quran Surat Ash Saffat ayat 112-113 yang artinya sebagai berikut:

“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Dan Kami limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Ishaq. Dan di antara keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.”

Nabi Ishak Alaihis Salam tumbuh menjadi anak dengan kepribadian yang baik serta saleh dan dikaruniai kecerdasan dan ketampanan. Kisah Nabi Ishaq Alaihis Salam berlanjut saat ia beranjak dewasa dan kemudian menikahi perempuan bernama Rafikah yang pada saat itu merupakan anak dari saudara kandung Nabi Ibrahim Alaihis Salam yaitu Nahur. Namun, setelah bertahun-tahun menikah ia dan istri tidak kunjung dikaruniai keturunan, rupanya istrinya dinyatakan mandul. Setelah dinyatakan demikian, Nabi Ishaq Alaihis Salam memohon dan berdoa kepada Allah Ta'ala agar diberikan keturunan. Maka doanya pun terkabul dimana ia dan istri dikaruniai dua orang anak kembar yang diberi nama Ishu dan Ya’qub. Sejak menikah sampai dikaruniai dua orang putra, Nabi Ishaq Alaihis Salam dan istrinya sudah menunggu selama lebih dari 20 tahun.

Ishu tumbuh menjadi seorang pemburu yang tegas dan tak kenal takut, sedangkan Ya’qub mengikuti jejak ayahnya dalam hal berdakwah. Ishu dengan Ya’qub tumbuh menjadi saudara yang sering berselisih. Ishu selalu merasa iri dan dengki kepada Nabi Ya’qub sampai konflik diantara keduanya tidak terhindarkan dan berlangsung selama bertahun-tahun. Sampai pada ahirnya Nabi Ishaq Alaihis Salam mengatakan ‘Wahai anakku, dikarenakan umurku yang sudah tak lagi muda dan aku tidak bisa menengahi kamu berdua, dan aku takut jika aku sudah tiada gangguan saudaramu akan semakin banyak karena sikapnya yang selalu memusuhi dan mencelakaimu. Ia dalam usahanya menjatuhkanmu bisa mendapatkan bantuan dari saudara-saudara iparnya yang berwibawa dan berpengaruh di negara ini.” Dengan kondisi konflik yang sepertinya semakin tidak bisa dibendung, maka Nabi Ishaq Alaihis Salam menyarankan agar Nabi Ya’qub pergi merantau menjauhi saudaranya ke Harran di daerah Irak. Disana Ya’qub tinggal dengan pamannya yang bernama Laban bin Batu’il.

Kisah nabi Ishaq Alaihis Salam dalam berdakwah juga bisa menjadi tauladan, beliau berdakwah dengan cara yang lemah lembut. Beliau berdakwah di wilayah Palestina, khususnya di daerah Syam dan Kan’an. Nabi Ishaq Alaihis Salam dikatakan merupakan pribadi yang mudah memikat hati orang, bersikap dengan ramah sehingga ajaran-ajaran Islam yang dibawanya mudah diterima dan terasa manfaatnya oleh umat. Nabi Ishaq Alaihis Salam sendiri selalu menghindari kekerasan dalam berdakwah. Beliau banyak mempraktekkan ajaran agama Islam di dalam kehidupan sehari-hari sehingga umatnya bisa mencontoh hal-hal baik yang beliau lakukan. Umat Nabi Ishaq Alaihis Salam merasa senang dengan hidup yang rukun, tenteram, damai, sejahtera, serta diberikan kemakmuran yang berlimpah oleh Allah Ta'ala.

Kisah nabi Ishaq dari lahir sampai wafat mengajarkan kita mengenai bagaimana sebuah doa yang dipanjatkan secara ikhlas dan tanpa putus asa akan membuahkan sebuah hasil sebagaimana terjadi saat Sarah selalu berdoa untuk dikaruniai seorang anak. Selanjutnya hal lain yang bisa kita teladani adalah bagaimana Nabi Ishaq Alaihis Salam selalu sabar menanti kehadiran buah hati meskipun sudah lama menikah, terlebih saat sudah memiliki anak, keduanya selalu berkonflik. Disini kita bisa melihat bahwa Nabi Ishaq Alaihis Salam bisa menjadi penengah yang baik yang akhirnya mengutus anaknya Ya’qub untuk merantau ke Irak guna menghindari kemarahan Ishu. Selain itu pelajaran tambahan adalah beliau selalu melakukan dakwah dengan senang hati dan baik hati sehingga kaumnya merasa diberkahi dengan kemakmuran yang melimpah dari Allah SWT. Semoga kisah di atas bisa menjadi contoh dan suri tauladan bagi kita semua yang membacanya.

0 Komentar